Friday 6 December 2013

Sindoro - Perjalanan Sebenarnya


Pagi itu, setelah semua barang terkemas, dan stamina sudah pulih, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak. Perkiraan kami dari pos 3 menuju puncak memerlukan waktu 3.5 jam (Tapii....). Satu masalah mulai datang pagi itu. Yaaa... setelah menghitung jumlah persediaan air kami, ternyata dari semua anak, air yang tersisa hanya tinggal 2 botol aqua besar, sebenarnya masih 4 tersisa, tapi 2 botol yang ada di tas isnan pecah. Langsung saja dahi mulai mengerut saat itu, dan rasa cemas mulai datang di benak saya. Bisakah jalan sampai puncak yang masih lumayan jauh dengan bekal 2 botol aqua besar untuk 7 orang ??? Dengan modal nekad dan keyakinan "pasti bisa" sayapun mengikuti langkah 7 teman saya yang seolah tidak ada raut kecemasan di wajah mereka.

Sekitar pukul  7 kami berangkat menuju Puncak. Trek dari pos 3 ke atas kalau boleh saya katakan "sangat berat" bagi saya yang baru pertama kali mendaki. Yupp... trek dari pos 3 ke puncak didominasi bebatuan menanjak terus keatas. Satu dua langkah bisa ku gagahi, tapi setelah sekian menit berjalan, rasa lelah pun mulai terasa. Tak terkira berapa lama kami harus berhenti untuk sekedar memulihkan stamina. 

Trek Menuju Puncak
Menunggu Teman yang lain


Berlatar Gunung Sumbing


Beberapa menit kami berjalan, kami berhenti sejenak di kawasan yang sedikit luas. Kami rebahkan tubuh, kami hilangkan dahaga saat itu, berusaha untuk mengembalikan tenaga kami. Yaaa.... satu botol air saat itu telah habis untuk perjalanan sekitar 1 jam dari pos 3. Dan saat itu boleh saya simpulkan bahwa perjalanan turun nanti kita sudah tidak ada persediaan air lagi. 

Istirahat Sejenak

Setelah semuanya merasa siap untuk melanjutkan perjalanan, kami pun segera meninggalkan tempat itu. Yaaa.... puncak memang masih jauh dari tatapan, kiranya itulah yang aku rasakan. Ternyata, setelah istirahat itu ditambah trek yang terus menanjak tanpa henti membuat badan saya mudah sekali merasa lelah, setidaknya saya hanya mampu berjalan sekitar 3-5 menit, setelah itu harus berhenti sejenak untuk rehat. 


Gagahnya Gunung Sumbing
Kiri-Kanan : Merbabu, Merapi, Sumbing

Terus kami berjalan, mengejar waktu. Yaa.. puncak sindoro "katanya" hanya bisa dinikmati saat pukul 13.00 ke bawah. Menurut info yang saya peroleh, kalau lebih dari waktu itu, gas beracun dari kawah sindoro mulai turun dan dapat membahayakan bagi para pendaki. (Koreksi kalau salah). 

"Jam, 1 siang, tekan ora tekan puncak, kudu wes mudun" Begitulah kata Afip

Karena diburu waktu itulah, saya dan teman saya berusaha mempercepat langkah mengejar perburuan kami saat itu. Tapi, tekad yang kuat itu tetap tak mampu memompa fisik saya yang tergolong "kalah tahan" dibanding teman-teman yang lain. Satu persatu dari mereka mendahului saya, dan akhirnya sayalah yang berdiri paling belakang dari rombongan. 

Pukul 09.30, Sampailah kita di suatu tempat yang saat itu saya namakan "negeri di atas awan". Yaaaa.... gumpalan awan putih saat itu terlihat seperti kapas yang berterbangan. Berada diatas awan adalah pengalaman pertama saya saat itu. 

Negeri Di atas awan



Anggota Timnas Indonesia di Sindoro (Hahahaha)

Afip dengan Gumpalan Awan
Indahnya ciptaan-Mu ya Alloh
Hening
Afip, Chabib, Miftah, Mas Arief, Yudhi
 Puas menikmati pemandangan, dan tenaga mulai kembali, kami pun melanjutkan perjalanan kami. 

"Puncakkkkk,, kami datang"

Dari spot cantik tadi, kami mulai terpisah. Rombongan paling depan adalah orang-orang bertenaga kuda (Afip, Chabib, Mas Arief, Joko) yang langkahnya sangat cepat membuat saya tertinggal paling belakang. Saya berada di rombongan belakang bersama Isnan dan Yudhi.

"Wes, kowe mlaku bareng aku bae. Ben kae pada nangarep, sing penting tekan nduwur (sudah, kamu jalan bareng aku aja. Biar mereka didepan. yang penting sampe atas) " Kata Isnan.

"Hahahaha, alon-alon waton kelakon" sahutku

Rombongan terdepan semakin jauh meninggalkan kami bertiga. Sesekali kami coba meneriaki mereka, hanya sekedar ingin tahu kalau jarak antara kami dan mereka tak terlalu jauh. 

Perjalanan ke puncak saat itu memang menguras tenaga. Gunung sindoro banyak sekali puncak bayangan, Ketika kami berfikir, "ohhhhh.. itu puncaknya" tapi ternyata setelah sampai atas, masih ada puncak lagi. Begitu terus berulang benar-benar tiba di puncak yang sebenarnya. 

Semakin ke atas, kami hanya dapat melihat hamparan rumput ilalang yang tumbuh lebat di dataran gunung sindoro. Ditengah perjalanan, tak terasa air minum yang saya bawa saat itu benar-benar habis, dan terpaksalah kami TERUS melanjutkan perjalanan ke puncak tanpa setetes air pun.

Trek yang semakin curam

Diantara bebatuan dan rumput ilalang.

Semakin lama kami berjalan, rombongan terdepan sudah tak terlihat. Bahkan ketika Isnan berusaha memanggil mereka, tak terdengar suara sahutan daari mereka sama sekali. Hal ini menandakan mereka sudah berada jauh didepan kami. Semakin mendekati puncak, udara memang semakin dingin, kabut pun mulai naik saat itu. 

Beberapa kali kami bertemu dengan pendaki lai yang mulai turun . Salah satunya adalah pendaki dari Clacap.
"Mas , puncak masih jauh ?" Tanya Isnan
"Ya sekitar satu jam lagi" Jawabnya

Menelan ludah. Itulah yang bisa saya lakukan mendengar jawaban dari masnya. Ternyata masih lama lagi kami berjalan, padahal saat itu sudah pukul 11.00. Estimasi waktu yang kami perkirakan memang meleset dari perhitungan kami. 

Isnan dengan trek berbatu
Tapi saya sudah sejauh ini berjalan, masa iya harus berhenti disini. 
"alon-alon bae, sing penting tekan nduwur (Pelan-pelan aja, yang penting sampe atas" Kata Yudhi berusaha menenangkan.

Raut kelelahan dan hampir putus asa memang tak bisa saya sembunyikan dari mukaku saat itu. 
Tapi Perjalanan harus tetap dilanjutkan...

Terus kami berjalan.

Untuk meringankan beban perjalanan, saya, yudhi isnan sepakat untuk meninggalkan tas kami di spot yang telah kami beri tanda. Mudah-mudahan nggak ilang (dan memang masih aman hehe)
Mulai Merenung

 Terus kami berjalan, Isnan dan Yudhi pun perlahan meninggalkanku di bagian belakang. Hingga akhirnya sampailah kami di hamparan padang edelweis. Lepas dari padang edelweis, puncak memang sudah sedikit terlihat. Rasa haus tak terkira mulai terasa. Untuk mengganjal rasa haus, saya pun memutuskan untuk minum "Tolak Angin" yang ada di saku celana saya. 

Dan akhirnya sekitar pukul 12.00 saya benar-benar merasa sudah tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Di suatu tempat yang cukup lapang dan jarak ke puncak yang sekitar beberapa meter lagi, saya tumbang disitu. Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, dan menunggu teman-teman saya di situ. Padahal Puncak sudah didepan mata. Kecewa ??? PASTI... Tapi mau gimana lagi.... 


Sembari menunggu teman yang lain turun dari puncak saya pun sempat merenung.Kabut terus perlahan naik , udara yang begitu dingin, dan tidak terdengar suara apapun selain hembusan angin. Di situ saya benar-benar seperti berteman dengan alam. Amat sunyi, tenang dan mendamaikan. Perfect

Kupejamkan mata, berusaha menenangkan pikiran yang penuh kekecewaan, hingga akhirnya terlelap tidur. 

Tiba-tiba, afip membangunkanku. Dia sengaja turun dari puncak untuk menjemputku, dan terus berusaha merayu saya supaya melanjutkan perjalanan sampai puncak. Tapi, saya tak beranjak satu centi pun dari tempat itu. 

Akhirnya satu-persatu teman-teman pun turun dari puncak. Saat itu pukul 13.00 kami berkumpul disitu. Chabib datang dengan membawa sebotol air minum. Yaaa... akhirnya tenggorokan kami pun terbasahi.

Sekitar pukul 13.30 kami bergerak kembali untuk menuju Basecamp di Balai desa Kledung.


Chabib dan Sang  Saka Merah Putih di Puncak Sindoro
(Credit : Chabib Pict)



#Endpart2

#Next : Perjalanan Kembali



No comments:

Post a Comment