Tuesday, 7 January 2014

Semarang - Masjid Agung Jawa Tengah, Klentheng Sam Poo Kong

Keesokan paginya, setelah mandi dan sarapan, kami melanjutkan ke tujuan selanjutnya yaitu Masjid Agung Jawa Tengah dan Klentheng Sam Poo Kong.

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2.  Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. 
Masjid yang mampu menampung jamaah tak kurang dari 15.000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi.
Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciriarsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.
(Sumber : Visit Semarang)
Malas Bercerita banyak, bagi foto saja ya.. hehe

Afip dan Miftah

Bareng John

Interior Masjid Agung Jawa Tengah
Interior Masjid Agung Jawa Tengah



Klenteng Sam Po Kong selain merupakan tempat ibadah dan ziarah juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk di kunjungi. Tempat ini dikenal juga dengan sebutan Gedong Batu. Ada yang mengatakan nama ini dipakai karena asal mula tempat ini adalah sebuah gua batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Tetapi ada sebagian orang yang mengatakan bahwa sebenarnya asal kata yang benar adalah Kedong Batu, alias tumpukan batu-batu alam yang digunakan untuk membendung aliran sungai.














Setelah lelah berjalan, dan tenaga mulai terkuras, kami kembali ke kost Fendy untuk beristirahat mengumpulkan tenaga kembali untuk pulang ke Yogyakarta.

Pengalaman dua hari di Semarang sangat berkesan, kota ini ternyata lumayan memberi kesan dan pengalaman yang berharga bagi saya. 

#END

Semarang - Umbul Sidomukti, Banjir Kanal, Tugu Muda

Setelah puas menjelajah semua kompleks di Candi Gedong Songo, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan desa Wisata Sidomukti yang masih berada di kawasan Bandungan. Dari Kompleks Candi Gedong Songo ke Sidomukti ini tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 25 menit. 

Kami tiba di umbul Sidomukti sekitar pukul 14.30. Banyak sekali wahana yang ditawarkan disini, seperti flying fox, ATP, berkuda, dsb. Tiket masuk ke Umbul Sidomukti ini Rp. 5.000,-. Tapi tiket ini hanya untuk bayaran masuk ke kolam renang  alamnya saja, belum termasuk wahana lainnya.

Begitu masuk ke kawasan kolam renang alam, kami disuguhi pemandangan yang indah yaitu view Kolam di atas pegunungan yang baru pertama kali saya lihat. 


Puas menikmati pemandangan, tanpa pikir panjang kami langsung "nyebur" ke kolam. Air disini teramat sangat dingin bagi saya, bahkan air disini lebih dingin dari air di Owabong, Purbalingga. 
Pancuran


Add caption

Setelah 45 menit bermain air, kami memutuskan untuk segera berganti pakaian dan kembali ke Semarang. Maklum, kami tidak tahan dengan dinginnya air di sini ditambah cuaca yang sedikit mendung sore itu



Kami di Umbul Sidomukti

Sekitar pukul 16.00, kami kembali ke Semarang. Sore itu kami janjian dengan John (teman SMA Afip) untuk menginap di kostnya. Sembari menunggu John "ngapel" pacarnya kami mampir sejenak di kawasan Banjir Kanal di Kota Semarang. Ternyata disini sedang diadakan acara festival perahu warak, serta pertunjukkan wayang kulit. 

Sore itu, kami benar-benar menikmati suasana senja di Kota Semarang. 



Senja Banjir Kanal Timur


Puas menikmati suasana sore, kamipun segera menuju kost John di dekat UNISULA (Universitas Sultan Agung ) di daerah Terboyo. Untuk kami yang masih awam tentang jalan di Semarang, kami lumayan kerepotan untuk menemukan daerah terboyo ini. Beberapa kali kami harus putar balik, dan memanfaatkan skill "nyepik" kami untuk sampai ke Terboyo. 

Sekitar pukul 19.00 kami sampai di kost John. Langsung saja kami istirahat sejenak dan membersihkan diri dan bersiap-siap untuk kumpul "konco-konco" di Tugu Muda. 

Di Tugu Muda, saya, Afip, Fendy, John, Temen Fendy, Tiva, dan Vina berkumpul menikmati suasana Semarang malam itu. 
berlatar Lawang Sewu (agak blur)


Kami di Tugu Muda

Afip di Tugu Muda

Puas menikmati malam di Tugu Muda, kamipun pindah ke kawasan Kota Tua. 



Tak lama kami disini. Hanya sekitar 30 menit saja. Sekitar pukul 23.00 kamipun pulang ke tujuan masing-masing. Saya dan Afip malam itu beristirahat di Kost John untuk memulihkan tenaga dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. 

Semarang - Candi Gedong Songo

Ini adalah trip dadakan, sekaligus liburan "pengganti" trip ke Sikunir Dieng yang entah kenapa tanpa ada sebab gagal terlaksana. Untuk mengobati kekecewaan itu, mendadak  saya dan afip berencana ke Semarang, sekaligus mengunjungi adiknya yang kuliah di Polines (Politeknik Negeri Semarang). Perjalanan ini kami lakukan pada hari Jumat, 23 November 2013. Sebenarnya pada minggu itu merupakan minggu-minggu sibuk kuliah, tapi rasa jenuh yang berkepanjangan membuat saya tanpa pikir panjang melakukan perjalanan ini. Dengan modal nekad dan bekal seadanya, sekitar puku 15.00 kami meluncur ke utara menuju Ibukota Jawa Tengah itu.

Perjalanan Jogja-Semarang kami tempuh menggunakan sepeda motor melewati beberapa kota kecil seperti Magelang, Temanggung, dan Ambarawa. Ditengah perjalanan, tepatnya di daerah Magelang, hujan lebat turun. Karena saat itu sudah mulai gelap, kami putuskan untuk meneruskan perjalanan dengan memakai jas hujan sebagai pelindung dari air hujan. 

Kami tiba di Semarang sekitar pukul 19.00. Malam itu saya beristirahat di kost Fendy (Adik Afip) di daerah Tembalang Semarang. 

Keesokan harinya, cuaca mendung. Pagi itu, kami berencana untuk menjelajah kota Semarang, sekaligus melihat-lihat apa yang menarik di Semarang. Berdasarkan informasi dari internet, kami putuskan untuk menuju ke Lembah gunung Ungaran yaitu daerah Bandungan. Menurut info yang saya baca, di Bandungan ini kita bisa mengunjungi kompleks candi Gedong Songo, salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno (Koreksi kalau salah). Selain itu kita bisa mengunjungi desa wisata Sidomukti.

Akhirnya, setelah 1,5jam berjalan dengan kondisi lalulintas Semarang yang lumayan "macet" di daerah Ungaran (Maklum, karena sedang ada perbaikan dan pelebaran Jalan.), kamipun sampai di tujuan pertama "Candi Gedong Songo"

Parkir Candi Gedong Songo
Untuk bayaran tiket masuk ke Candi Gedong Songo cukup murah, yaitu dibawah Rp10.000,-. Kompleks candi di sini agak unik, karena antara kompleks candi yang satu dengan candi yang lainnya terpisah-pisah. Total ada lima kompleks candi dengan total jumlah candi sebanyak 9 (Namapun candi gedong songo, ya mesti jumlah candinya 9 dong.. hehe).

Bagi yang tidak mau repot jalan, terdapat jasa kuda tunggang yang bisa disewa dengan bayaran Rp. 50.000,- 

Kuda Sewa

Candi Gedong 9

!!!!!!!!!!!!
Candi gedong songo ini terletak di daerah perbukitan, sehingga trek dari satu kompleks ke kompleks lain itu agak menanjak. 

Pemandanga yang disuguhkan sepanjang trek sangatlah CANTIK. 
Berlatar Candi Gedong Songo

EDIT 
Di candi Gedong Songo ini juga terdapat kawah belerang, atau lebih tepatnya Gas belerang yang terus keluar di satu lubang. Selain itu, terdapat tempat pemandian air panas yang berasumber dari mata air pegunungan. Konon, air disini mengandung belerang sehingga cocok untuk anda yang memiliki penyakit kulit, seperti panu kadas, kurap dll.. hehehehe

Lubang Gas Belerang
 Menuju kompleks V candi gedong songo ini pemandangan akan semakin cantik.

Nikmati Gambar Betrikut :

Menuju Kompleks V, Candi Gedong Songo

Afip dengan Komplek IV

Lamdscape menuju kompleks V

Terlihat di kejauhan Kompleks Candi II

Gas Belerang dan Kompleks Pemandian Air Panas

Kompleks Candi Gedong V dari kejauhan
di kompleks candi Gedong V, terjadi suatu peristiwa yang terlalu sensitif untuk diceritakan. Bingung, galau yang kami rasakan saat itu. Tapi kami berusaha tidak ambil pusing, yang penting kami tetap teguh dan Percaya dengan apa yang kami yakini. 

Lepas dari Candi Gedong songo, kami melanjutkan perjalanan ke Umbul Sidomukti.

Friday, 6 December 2013

Sindoro - Perjalanan Kembali


Setelah cukup istirahat dan melepas dahaga dengan air pemberian pendaki lain, kamipun mulai bergerak turun untuk kembali ke basecamp. Target kami adalah jam 7 malam sudah harus tiba di basecamp. Waktu itu, pukul 13.30 kami mulai bergerak turun.  Perjalanan turun bila dibandingkan dengan perjalanan naik tadi memang berbeda. Setidaknya sedikit lebih ringan dari pada perjalanan manjat yang tiada henti tadi. Bahkan, sesekali Isnan dan Yudhi memanfaatkan trek yang turun dengan "plosotan" ditengah rumput ilalang untuk meringankan beban perjalanan.

Ditengah perjalanan Turun, Afip sempat bercerita kalau dia sempat meminum air  hujan yang menggenang di bebatuan untuk melicinkan tenggorokan. Seketika itu saya tergedik geli. Sebenarnya ada salah satu dari teman saya yang masih menyimpan persediaan air. Saya tahu itu setelah diberi tahu Afip. Tapi, entah apa yang ada dibenak anak itu, melihat temannya kehausan, tak ada itikad sama sekali untuk memberi air minum. Sungguh tega...... hahaha....

Air minum saat itu telah habis. Tak ada setetes air minumpun yang tersisa dari ke 5 teman saya. Tapi dibalik gundukan tas punggung teman saya, sebenarnya tersimpan apa yang kami butuhkan saat itu. :(

Berpacu dengan waktu sembari menahan haus, kami terus berjalan. Sesekali kami berlari-lari kecil supaya lebih cepat sampai basecamp. Ditengah perjalanan, kami sesekali berhampiran dengan pendaki lain yang sepertinya berencana bermalam di puncak ataupun spot lainnya. 


Chabib Membawa Air Kehidupan. hahah.. (Berlebihan)

Apa nama tempat ini ? "Mbuh"

Berjalan Turun

Kabut yang cukup Tebal
Plosotan Gunung Sindoro
Gerak laju keenam teman saya memang sulit untuk ditandingi. Mereka terus berjalan seolah tak kenal haus. Keceriaan saat itu terus tercipta, meskipun sebenarnya menyembunyikan kekesalan pada salah satu teman kami.

Sesekali kami berhenti untuk rehat sejenak. Bahkan, Chabib dan Yudhi yang bergerak dengan lajunya dan meninggalkan kami di belakang sempat tertidur sejenak untuk menunggu kami.


Trek Turun

Masih Jauh

Terlihat Chabib sudah jauh didepan

Ditengah perjalanan, kami berusaha mencari botol-botol bekas buangan para pendaki lain dengan harapan dapat menemukan air minum. Namun, tak satupun botol yang kami temui itu berisi dengan air minum. Ada botol yang berisi, namum warnanya yang coklat keemasan meragukan kami, apakah itu air teh atau air seni ?

Sekitar pukul 4 sore kami sampai di pos 3. Disitu kami beristirahat sejenak. Di pos 3 cukup banyak pendaki yang ngecamp di situ. Kami berusaha mencari donatur air minum, dari pendaki yang ngecamp di pos 3. Akhirnya setengah botol air minum kami dapatkan. Syukur tak terhingga pun terucap kala itu. Yaaa... walaupun cuma setengah botol, tapi sangat menyegarkan tenggorokan kami berenam.

Teman saya yang satunya ? jangan ditanya lah... haha


Tergeletahk menahan haus sebelum sampai di pos 3



Gunung Sumbing dari pos 3



Afip di pos 3




Sumbing yang Gagah

Air yang menyegarkan itu habis sudah.


Setelah cukup beristirahat, dan tenggorokan mulai licin. Kamipun melanjutkan perjalanan turun kembali tanpa bekal air minum . Keempat teman saya (Chabib, Isnan, Mas Arif, Yudhi) bergerak dengan lajunya ke bawah. Sementara saya dan Afip berjalan santai sambil sesekali bercerita. Sementara Joko tertinggal dibarisan paling belakang.

Sesekali saya menengok ke atas, ternyata puncak sindoro jauh juga perjalanannya. Rasa tak percaya "HAMPIR" sampai puncak pun ada dibenak saya saat itu.

Sekitar pukul 5 sore kami sampai di pos 2. Mulai dari pos 2 inilah perjalanan turun agak sedikit ringan. Tetapi karena lutut yang mulai terasa sakit menahan beban tubuh secara terus menerus, perjalananpun tak semudah dan seringan yang dibayangkan. Lutut saya seperti tak mampu menahan berat tubuh saat itu.

Langit mulai gelap, basecamp masih jauh dari pandangan. Pos 1 baru saja digapai. Ya tepat kumandang adzan magrib kami sampai di pos1. Sembari menunggu Joko yang tertinggal jauh dibelakang, kami pun istirahat disitu. Sesekali ada pengendara ojek menawarkan jasanya. Tapi kami tolak secara halus. Dalam pikiran kami, "Nanggung" walau sebenarnya fisik saya membutuhkan itu. Tapi tidak dengan teman saya yang lainnya. Atas nama kesetiakawanan, maka saya pun memutuskan untuk terus jalan kaki bersama keenam teman saya yang lain.

"Berangkat bareng, pulang harus bareng dong"

Wajah-wajah kehausan di pos 1

Malam itu adalah malam minggu, banyak sekali kami bertemu dengan para pendaki lain yang berencana menghabiskan malam minggu di Sindoro. Mungkin pos 3 malam itu penuh sesak dengan tenda-tenda yang didirikan oleh para pendaki.

Akhirnya, setelah berjalan 1 jam dari pos 1 kami sampai perkampungan penduduk. Langsung saja kami cari air minum untuk mengganti kekurangan cairan yang ada di tubuh kami. Legaaaaaaaaaaaaaaaa.........

Sekitar pukul 19.00, kami tiba di basecamp. Istirahat,ganti baju, cuci muka untuk menyegarkan wajah, kami lakukan saat itu.

Sebenarnya malam itu ada pertandingan kualifikasi Piala asia u-19 antara Indonesia dengan Korea Selatan. Chabib sempat menawarkan untuk istirahat sejenak sembari menonton pertandingan. Namun, akhirnya niat itu kami urungkan, karena sudah teramat rindu dengan kasur. hahhaha...

Pukul 20.00 kami bergerak meninggalkan basecamp kembali ke Jogja dengan motor kami masing-masing. .

Selamat Tinggal Sindoro.
.....
.....
.....

Kami tiba di jogja pukul 23.00.

..............................................................................................................................................................

Terima kasih Sindoro, atas pengalaman tak terhingga yang telah kau berikan.

Pengalaman pertama mendaki gunung itu membuat saya ketagihan akan keindahan yang disuguhi dari salah satu tanah tertinggi di Indonesia. Yaaa.... negeri ini begitu indah, kami sangat bersyukur dilahirkan di negeri ini walau dengan sekian banyak problematika yang ada. I LOVE INDONESIA

#END