Friday 6 December 2013

Sindoro - Perjalanan Kembali


Setelah cukup istirahat dan melepas dahaga dengan air pemberian pendaki lain, kamipun mulai bergerak turun untuk kembali ke basecamp. Target kami adalah jam 7 malam sudah harus tiba di basecamp. Waktu itu, pukul 13.30 kami mulai bergerak turun.  Perjalanan turun bila dibandingkan dengan perjalanan naik tadi memang berbeda. Setidaknya sedikit lebih ringan dari pada perjalanan manjat yang tiada henti tadi. Bahkan, sesekali Isnan dan Yudhi memanfaatkan trek yang turun dengan "plosotan" ditengah rumput ilalang untuk meringankan beban perjalanan.

Ditengah perjalanan Turun, Afip sempat bercerita kalau dia sempat meminum air  hujan yang menggenang di bebatuan untuk melicinkan tenggorokan. Seketika itu saya tergedik geli. Sebenarnya ada salah satu dari teman saya yang masih menyimpan persediaan air. Saya tahu itu setelah diberi tahu Afip. Tapi, entah apa yang ada dibenak anak itu, melihat temannya kehausan, tak ada itikad sama sekali untuk memberi air minum. Sungguh tega...... hahaha....

Air minum saat itu telah habis. Tak ada setetes air minumpun yang tersisa dari ke 5 teman saya. Tapi dibalik gundukan tas punggung teman saya, sebenarnya tersimpan apa yang kami butuhkan saat itu. :(

Berpacu dengan waktu sembari menahan haus, kami terus berjalan. Sesekali kami berlari-lari kecil supaya lebih cepat sampai basecamp. Ditengah perjalanan, kami sesekali berhampiran dengan pendaki lain yang sepertinya berencana bermalam di puncak ataupun spot lainnya. 


Chabib Membawa Air Kehidupan. hahah.. (Berlebihan)

Apa nama tempat ini ? "Mbuh"

Berjalan Turun

Kabut yang cukup Tebal
Plosotan Gunung Sindoro
Gerak laju keenam teman saya memang sulit untuk ditandingi. Mereka terus berjalan seolah tak kenal haus. Keceriaan saat itu terus tercipta, meskipun sebenarnya menyembunyikan kekesalan pada salah satu teman kami.

Sesekali kami berhenti untuk rehat sejenak. Bahkan, Chabib dan Yudhi yang bergerak dengan lajunya dan meninggalkan kami di belakang sempat tertidur sejenak untuk menunggu kami.


Trek Turun

Masih Jauh

Terlihat Chabib sudah jauh didepan

Ditengah perjalanan, kami berusaha mencari botol-botol bekas buangan para pendaki lain dengan harapan dapat menemukan air minum. Namun, tak satupun botol yang kami temui itu berisi dengan air minum. Ada botol yang berisi, namum warnanya yang coklat keemasan meragukan kami, apakah itu air teh atau air seni ?

Sekitar pukul 4 sore kami sampai di pos 3. Disitu kami beristirahat sejenak. Di pos 3 cukup banyak pendaki yang ngecamp di situ. Kami berusaha mencari donatur air minum, dari pendaki yang ngecamp di pos 3. Akhirnya setengah botol air minum kami dapatkan. Syukur tak terhingga pun terucap kala itu. Yaaa... walaupun cuma setengah botol, tapi sangat menyegarkan tenggorokan kami berenam.

Teman saya yang satunya ? jangan ditanya lah... haha


Tergeletahk menahan haus sebelum sampai di pos 3



Gunung Sumbing dari pos 3



Afip di pos 3




Sumbing yang Gagah

Air yang menyegarkan itu habis sudah.


Setelah cukup beristirahat, dan tenggorokan mulai licin. Kamipun melanjutkan perjalanan turun kembali tanpa bekal air minum . Keempat teman saya (Chabib, Isnan, Mas Arif, Yudhi) bergerak dengan lajunya ke bawah. Sementara saya dan Afip berjalan santai sambil sesekali bercerita. Sementara Joko tertinggal dibarisan paling belakang.

Sesekali saya menengok ke atas, ternyata puncak sindoro jauh juga perjalanannya. Rasa tak percaya "HAMPIR" sampai puncak pun ada dibenak saya saat itu.

Sekitar pukul 5 sore kami sampai di pos 2. Mulai dari pos 2 inilah perjalanan turun agak sedikit ringan. Tetapi karena lutut yang mulai terasa sakit menahan beban tubuh secara terus menerus, perjalananpun tak semudah dan seringan yang dibayangkan. Lutut saya seperti tak mampu menahan berat tubuh saat itu.

Langit mulai gelap, basecamp masih jauh dari pandangan. Pos 1 baru saja digapai. Ya tepat kumandang adzan magrib kami sampai di pos1. Sembari menunggu Joko yang tertinggal jauh dibelakang, kami pun istirahat disitu. Sesekali ada pengendara ojek menawarkan jasanya. Tapi kami tolak secara halus. Dalam pikiran kami, "Nanggung" walau sebenarnya fisik saya membutuhkan itu. Tapi tidak dengan teman saya yang lainnya. Atas nama kesetiakawanan, maka saya pun memutuskan untuk terus jalan kaki bersama keenam teman saya yang lain.

"Berangkat bareng, pulang harus bareng dong"

Wajah-wajah kehausan di pos 1

Malam itu adalah malam minggu, banyak sekali kami bertemu dengan para pendaki lain yang berencana menghabiskan malam minggu di Sindoro. Mungkin pos 3 malam itu penuh sesak dengan tenda-tenda yang didirikan oleh para pendaki.

Akhirnya, setelah berjalan 1 jam dari pos 1 kami sampai perkampungan penduduk. Langsung saja kami cari air minum untuk mengganti kekurangan cairan yang ada di tubuh kami. Legaaaaaaaaaaaaaaaa.........

Sekitar pukul 19.00, kami tiba di basecamp. Istirahat,ganti baju, cuci muka untuk menyegarkan wajah, kami lakukan saat itu.

Sebenarnya malam itu ada pertandingan kualifikasi Piala asia u-19 antara Indonesia dengan Korea Selatan. Chabib sempat menawarkan untuk istirahat sejenak sembari menonton pertandingan. Namun, akhirnya niat itu kami urungkan, karena sudah teramat rindu dengan kasur. hahhaha...

Pukul 20.00 kami bergerak meninggalkan basecamp kembali ke Jogja dengan motor kami masing-masing. .

Selamat Tinggal Sindoro.
.....
.....
.....

Kami tiba di jogja pukul 23.00.

..............................................................................................................................................................

Terima kasih Sindoro, atas pengalaman tak terhingga yang telah kau berikan.

Pengalaman pertama mendaki gunung itu membuat saya ketagihan akan keindahan yang disuguhi dari salah satu tanah tertinggi di Indonesia. Yaaa.... negeri ini begitu indah, kami sangat bersyukur dilahirkan di negeri ini walau dengan sekian banyak problematika yang ada. I LOVE INDONESIA

#END

Sindoro - Perjalanan Sebenarnya


Pagi itu, setelah semua barang terkemas, dan stamina sudah pulih, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak. Perkiraan kami dari pos 3 menuju puncak memerlukan waktu 3.5 jam (Tapii....). Satu masalah mulai datang pagi itu. Yaaa... setelah menghitung jumlah persediaan air kami, ternyata dari semua anak, air yang tersisa hanya tinggal 2 botol aqua besar, sebenarnya masih 4 tersisa, tapi 2 botol yang ada di tas isnan pecah. Langsung saja dahi mulai mengerut saat itu, dan rasa cemas mulai datang di benak saya. Bisakah jalan sampai puncak yang masih lumayan jauh dengan bekal 2 botol aqua besar untuk 7 orang ??? Dengan modal nekad dan keyakinan "pasti bisa" sayapun mengikuti langkah 7 teman saya yang seolah tidak ada raut kecemasan di wajah mereka.

Sekitar pukul  7 kami berangkat menuju Puncak. Trek dari pos 3 ke atas kalau boleh saya katakan "sangat berat" bagi saya yang baru pertama kali mendaki. Yupp... trek dari pos 3 ke puncak didominasi bebatuan menanjak terus keatas. Satu dua langkah bisa ku gagahi, tapi setelah sekian menit berjalan, rasa lelah pun mulai terasa. Tak terkira berapa lama kami harus berhenti untuk sekedar memulihkan stamina. 

Trek Menuju Puncak
Menunggu Teman yang lain


Berlatar Gunung Sumbing


Beberapa menit kami berjalan, kami berhenti sejenak di kawasan yang sedikit luas. Kami rebahkan tubuh, kami hilangkan dahaga saat itu, berusaha untuk mengembalikan tenaga kami. Yaaa.... satu botol air saat itu telah habis untuk perjalanan sekitar 1 jam dari pos 3. Dan saat itu boleh saya simpulkan bahwa perjalanan turun nanti kita sudah tidak ada persediaan air lagi. 

Istirahat Sejenak

Setelah semuanya merasa siap untuk melanjutkan perjalanan, kami pun segera meninggalkan tempat itu. Yaaa.... puncak memang masih jauh dari tatapan, kiranya itulah yang aku rasakan. Ternyata, setelah istirahat itu ditambah trek yang terus menanjak tanpa henti membuat badan saya mudah sekali merasa lelah, setidaknya saya hanya mampu berjalan sekitar 3-5 menit, setelah itu harus berhenti sejenak untuk rehat. 


Gagahnya Gunung Sumbing
Kiri-Kanan : Merbabu, Merapi, Sumbing

Terus kami berjalan, mengejar waktu. Yaa.. puncak sindoro "katanya" hanya bisa dinikmati saat pukul 13.00 ke bawah. Menurut info yang saya peroleh, kalau lebih dari waktu itu, gas beracun dari kawah sindoro mulai turun dan dapat membahayakan bagi para pendaki. (Koreksi kalau salah). 

"Jam, 1 siang, tekan ora tekan puncak, kudu wes mudun" Begitulah kata Afip

Karena diburu waktu itulah, saya dan teman saya berusaha mempercepat langkah mengejar perburuan kami saat itu. Tapi, tekad yang kuat itu tetap tak mampu memompa fisik saya yang tergolong "kalah tahan" dibanding teman-teman yang lain. Satu persatu dari mereka mendahului saya, dan akhirnya sayalah yang berdiri paling belakang dari rombongan. 

Pukul 09.30, Sampailah kita di suatu tempat yang saat itu saya namakan "negeri di atas awan". Yaaaa.... gumpalan awan putih saat itu terlihat seperti kapas yang berterbangan. Berada diatas awan adalah pengalaman pertama saya saat itu. 

Negeri Di atas awan



Anggota Timnas Indonesia di Sindoro (Hahahaha)

Afip dengan Gumpalan Awan
Indahnya ciptaan-Mu ya Alloh
Hening
Afip, Chabib, Miftah, Mas Arief, Yudhi
 Puas menikmati pemandangan, dan tenaga mulai kembali, kami pun melanjutkan perjalanan kami. 

"Puncakkkkk,, kami datang"

Dari spot cantik tadi, kami mulai terpisah. Rombongan paling depan adalah orang-orang bertenaga kuda (Afip, Chabib, Mas Arief, Joko) yang langkahnya sangat cepat membuat saya tertinggal paling belakang. Saya berada di rombongan belakang bersama Isnan dan Yudhi.

"Wes, kowe mlaku bareng aku bae. Ben kae pada nangarep, sing penting tekan nduwur (sudah, kamu jalan bareng aku aja. Biar mereka didepan. yang penting sampe atas) " Kata Isnan.

"Hahahaha, alon-alon waton kelakon" sahutku

Rombongan terdepan semakin jauh meninggalkan kami bertiga. Sesekali kami coba meneriaki mereka, hanya sekedar ingin tahu kalau jarak antara kami dan mereka tak terlalu jauh. 

Perjalanan ke puncak saat itu memang menguras tenaga. Gunung sindoro banyak sekali puncak bayangan, Ketika kami berfikir, "ohhhhh.. itu puncaknya" tapi ternyata setelah sampai atas, masih ada puncak lagi. Begitu terus berulang benar-benar tiba di puncak yang sebenarnya. 

Semakin ke atas, kami hanya dapat melihat hamparan rumput ilalang yang tumbuh lebat di dataran gunung sindoro. Ditengah perjalanan, tak terasa air minum yang saya bawa saat itu benar-benar habis, dan terpaksalah kami TERUS melanjutkan perjalanan ke puncak tanpa setetes air pun.

Trek yang semakin curam

Diantara bebatuan dan rumput ilalang.

Semakin lama kami berjalan, rombongan terdepan sudah tak terlihat. Bahkan ketika Isnan berusaha memanggil mereka, tak terdengar suara sahutan daari mereka sama sekali. Hal ini menandakan mereka sudah berada jauh didepan kami. Semakin mendekati puncak, udara memang semakin dingin, kabut pun mulai naik saat itu. 

Beberapa kali kami bertemu dengan pendaki lai yang mulai turun . Salah satunya adalah pendaki dari Clacap.
"Mas , puncak masih jauh ?" Tanya Isnan
"Ya sekitar satu jam lagi" Jawabnya

Menelan ludah. Itulah yang bisa saya lakukan mendengar jawaban dari masnya. Ternyata masih lama lagi kami berjalan, padahal saat itu sudah pukul 11.00. Estimasi waktu yang kami perkirakan memang meleset dari perhitungan kami. 

Isnan dengan trek berbatu
Tapi saya sudah sejauh ini berjalan, masa iya harus berhenti disini. 
"alon-alon bae, sing penting tekan nduwur (Pelan-pelan aja, yang penting sampe atas" Kata Yudhi berusaha menenangkan.

Raut kelelahan dan hampir putus asa memang tak bisa saya sembunyikan dari mukaku saat itu. 
Tapi Perjalanan harus tetap dilanjutkan...

Terus kami berjalan.

Untuk meringankan beban perjalanan, saya, yudhi isnan sepakat untuk meninggalkan tas kami di spot yang telah kami beri tanda. Mudah-mudahan nggak ilang (dan memang masih aman hehe)
Mulai Merenung

 Terus kami berjalan, Isnan dan Yudhi pun perlahan meninggalkanku di bagian belakang. Hingga akhirnya sampailah kami di hamparan padang edelweis. Lepas dari padang edelweis, puncak memang sudah sedikit terlihat. Rasa haus tak terkira mulai terasa. Untuk mengganjal rasa haus, saya pun memutuskan untuk minum "Tolak Angin" yang ada di saku celana saya. 

Dan akhirnya sekitar pukul 12.00 saya benar-benar merasa sudah tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Di suatu tempat yang cukup lapang dan jarak ke puncak yang sekitar beberapa meter lagi, saya tumbang disitu. Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, dan menunggu teman-teman saya di situ. Padahal Puncak sudah didepan mata. Kecewa ??? PASTI... Tapi mau gimana lagi.... 


Sembari menunggu teman yang lain turun dari puncak saya pun sempat merenung.Kabut terus perlahan naik , udara yang begitu dingin, dan tidak terdengar suara apapun selain hembusan angin. Di situ saya benar-benar seperti berteman dengan alam. Amat sunyi, tenang dan mendamaikan. Perfect

Kupejamkan mata, berusaha menenangkan pikiran yang penuh kekecewaan, hingga akhirnya terlelap tidur. 

Tiba-tiba, afip membangunkanku. Dia sengaja turun dari puncak untuk menjemputku, dan terus berusaha merayu saya supaya melanjutkan perjalanan sampai puncak. Tapi, saya tak beranjak satu centi pun dari tempat itu. 

Akhirnya satu-persatu teman-teman pun turun dari puncak. Saat itu pukul 13.00 kami berkumpul disitu. Chabib datang dengan membawa sebotol air minum. Yaaa... akhirnya tenggorokan kami pun terbasahi.

Sekitar pukul 13.30 kami bergerak kembali untuk menuju Basecamp di Balai desa Kledung.


Chabib dan Sang  Saka Merah Putih di Puncak Sindoro
(Credit : Chabib Pict)



#Endpart2

#Next : Perjalanan Kembali



Thursday 5 December 2013

Sindoro - Perjalanan di mulai

Setelah sekian lama hanya duduk diam, tidur, makan, kuliah, akhirnya saya beranikan diri untuk KELUAR dari rutinitas itu. Yup, ,, Hanya sekedar ingin lihat dunia luar. Yaaaaa,, kali ini saya akan berbagi pengalaman PERTAMA saya mendaki gunung.  Semua ini akibat bujukan dan rayuan serta racun yang terus ditebarkan sobat saya (Afip), yang akhirnya membuat saya memberanikan diri untuk join dalam pendakian kesekian kalinya bagi dia yaitu mendaki Gunung Sindoro. 

Sedikit gambaran tentang Gunung Sindoro ini adalah sebuah gunung volkano akftif yang terletak di Temanggung – Jawa Tengah, gunung ini juga berdekatan dengan Gunung Sumbing. Selain letaknya yang berdekatan, serta memiliki bentuk dan tinggi yang hampir sama. Tinggi Gunung Sumbing sekitar 3.340 m dari permukaan laut (dpl), sedikit lebih tinggi daripada Sindoro (3.153 mdpl). Jika dipetakan, Sumbing berada disebelah barat daya kota Temanggung dan sebelah Timur kota Wonosobo. Sedangkan Sindoro disebelah barat laut Temanggung danTimur laut Wonosobo. Masyarakat dikedua daerah itu menyebut Sindoro-Sumbing sebagai Gunung kembar. Keduanya menyimpan potensi wisata yang sangat besar, meskipun belum semuanya bisa dikelola secara maksimal.
  • Terdapat 5 pos pendakian dari basecamp
  • Jarak antar pos, basecamp ke pos 1 ~+ 1.5 jam
  • Pos 1 – Pos 2 ~+ 1.5 jam
  • Pos 2 – Pos 3 ~+ 2 jam
  • Pos 3 – Pos 4 ~+ 2 jam
  • Pos 4 – Pos 5 (puncak) ~+ 2 jam
  • Pos yang bisa di buat nge-camp ada di pos 3 yang tempatnya cukup luas
  • Pos 4 tidak bisa dibuat nge-camp, dikarenakan kondisi medan yang miring
  • Pos 5 adalah puncak Sindoro
Jalur Pendakian Via Kledung (Credit Pic : Mr. Google)
 (Credit : Mr Google)

Satu minggu sebelum pendakian saya sudah heboh sendiri bak mau pergi ke luar negeri. Saya banyak cari info dimana-mana mengenai jalur pendakian, trek yang akan dilalui, serta cerita mengenai pengalaman buruk, maupun pengalaman baik dari para pendaki yang sudah terlebih dulu pergi kesana. Dengan modal nekad itulah,serta uang patungan 20rb (untuk Sewa tenda, sleeping bag, tiket masuk), logistik dan beberapa barang bawaan (Training, topi, jas hujan, jaket tebal, sandal gunung, masker, obat-obatan, kamdig, senter, dll )yang memang sudah di persiapkan 3 hari sebelumnya, maka saya beranikan diri untuk berangkat.

Hari itu Jum'at, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 15.00, setelah praktikum Sistem Informasi Manajemen, saya berangkat ke kost Afip di daerah UNY. Kami memang janjian untuk kumpul disana. Saat itu saya belum tahu siapa-siapa saja yang ikut dalam pendakian kali ini. Akhirnya, kumpulah semua anak yang akan ikut dalam pendakian kali ini, mereka : Saya (Miftah), Afip, Chabib, Mas Arief, Isnan, Yudhi, Joko. Kami namakan diri kami Wong Biyen (Orang dahulu). Dari semuanya, yang kukenal sebelumnya hanya Afip, yang lainnya belum kenal sama sekalI. Bak kata pepatah "Tak Kenal maka tak sayang" maka saat itu juga kami berkenalan satu sama lain supaya lebih akrab.

Tepat pukul 17.00, kami semua berangkat dari Kost Afip (daerah UNY) menuju Temanggung. Perjalanan kali ini kami tempuh dengan menggunakan sepeda motor. Saya berboncengan dengan afip menggunakan motor matic saya. Kami sempat berhenti satu kali untuk mengisi bahan bakar di daerah Sleman. Waktu tempuh Jogja-Temanggung sekitar 3 jam. Berkendara motor di malam hari disertai gerimis air hujan yang turun memang harus extra waspada, ditambah lagi beban yang berat dari tas afip, membuat beberapa kali kami harus bergantian mengendarai motor.

Sekitar pukul 20.00, kami tiba di basecamp pendakian Balai Desa Kledung. Lekas segera kami sholat jamak, serta istirahat sejenak dan mempersiapkan diri dan barang bawaan untuk memulai pendakian. Tepat Pukul 21.00 kami memulai Pendakian itu. Tak lupa doa kami panjatkan untuk mengiringi keselamatan dan kelancaran kami selama pendakian.


Basecamp Balai Desa Kledung
Wong Mbiyen di depan gerbang Balai Desa Kledung






Perjalanan dari basecamp menuju pos satu merupakan trek landai dengan jalan batuan buatan yang disusun sedemikian rupa membentuk jalan. Sekitar jalan kami disuguhi pemandangan ladang penduduk yang karena gelapnya malam, sehingga membuat kami tidak bisa melihat tanaman apa yang kebanyakan ditanam oleh penduduk. Sebenarnya dari basecamp ke pos 1 ada jasa ojek yang bisa disewa untuk ke pos 1dengan biaya 10rb. Karena waktu yang telah malam, tidak ada satupun tukang ojek pada saat itu.

Setelah satu jam perjalanan dengan beberapa kali berhenti untuk menyeka keringat, akhirnya kami sampai di pos 1. Kami beristirahat sejenak disitu sembari memulihkan tenaga.

Perjalananpun dilanjutkan kembali menuju pos 2.. Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 didominasi oleh hutan yang tidak begitu rapat dengan trek yang cukup landai bagi saya. Tapi lain halnya saat perjalanan turun (Nanti saya ceritakan). Setelah satu jam berjalan kami pun sampai di pos 2.  Sekitar 10 menit kami beristirahat di pos 2.

Pos 2

Selanjutnya sekitar pukul 23.20 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Kali ini jalan yang kami temui adalah jalan yang terus menanjak dengan trek bebatuan disertai kerikil-kerikil kecil. Perjalanan malam hari saat itu pun membuat kami harus ekstra hati-hati. Sebisa mungkin kami jangan terpencar satu sama lain. Kami terus berjalan beriringan dengan komando Chabib sebagai orang yang sudah pernah mendaki sindoro. Saat itu suasana begitu hening, hanya ada suara langkah kaki kami yang menemani perjalanan malam itu. Trek yang terus menanjak memang sangat menguras keringat, tak ingat berapa kali kami harus berhenti sejenak untuk memulihkan stamina dan melepas dahaga. Bagi saya yang baru pertama kali mendaki gunung, trek itu benar-benar berat. Pos tiga memang terasa sangat jauh bila dirasakan, ditambah trek yang terus menanjak tanpa henti.

Setelah satu setengah jam berjalan sekitar pukul 01.00 dini hari kami tiba di pos 3. Akhirnya penantian panjang itu tiba. Seketika itu juga saya rebahkan tubuh sejenak, kemudian bangun tenda untuk tempat berlindung kami malam itu. Tak lupa kami keluarkan perbekalan kami untuk sekedar mengalas perut.
Masak dalam tenda

Setelah perut terisi satu persatu dari kami pun berusaha untuk tidur. Malam itu udara benar-benar dingin menusuk tulang.

Dalam nikmatnya tidur saat itu, sekitar pukul 04.00 saya dibangunkan oleh Afip.
"Le... tangi lee... Sunrise e wes muncul" katanya

Seketika juga saya keluar dari tenda diiringi teman-teman yang lain. Saat itu juga saya diam sejenak, melihat didepan mata tersaji lukisan Tuhan yang luar biasa. Saya tidak bisa berkata apa-apa saat itu. Yang aku bisa lakukan adalah terdiam, melihat ke arah guratan cahaya berwarna jingga.  Yaaaa,, sunrise dengan latar gunung sumbing, gunung merapi dan gunung merbabu pagi itu benar-benar memanjakan mata.

Segera kuambil kamera pocket dari dalam tenda, dan kami abadikan momen matahari terbit dari ketinggian sekitar 2000 mdpl di Gunung Sindoro. Indonesia, negeri tercinta ini memang teramat indah.

SUBHANALLOH.!!!!!

Nikmati gambar berikut ini :
Afip dan Yudhi
Mas Arief
PERFECT
Di kejauhan : Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu
Kami dan sunrise

Sunrise pagi itu (gambar agak blur)

Bersama Sobat di Gunung Sindoro
Perlahan, mataharipun mulai muncul dari peraduan. Sang surya muncul perlahan dari sebalik gunung yang terlihat kecil (tidak tahu namanya), menyempurnakan lukisan tuhan pagi itu.
Matahari mulai menampakkan dirinya

Matahari dalam Genggaman
NICE
Saat matahari mulai meninggi, dan guratan jingga itu perlahan menghilang, kami alihkan pandangan kami sedikit kekiri. Kami disuguhkan gumpalan awan dengan latar gunung lawu (sepertinya).  Pagi itu benar-benar indah dengan cuaca yang bersahabat bagi kami.
Gumpalan Awan

Berdiri di atas awan

Ya Robb, betapa indahnya negeri ini !!!

Lukisan Tuhan
Setelah puas menikmati panorama sunrise pagi itu, kami pun mengemasi semua barang bawaan kami. Kami memutuskan tak meninggalkan sembarang barang apapun di pos 3, karena menurut info yang kami dapat, pos 3 ini agak rawan dengan tindak pencurian. Maka kami terpaksa membawa tas-tas kami sampai ke puncak.

Sekitar pukul 07.00 kami bergerak menuju POS 4, POS 5 dan Puncak
Wong Mbiyen
 #Next Perjalanan yang sebenarnya